Here We Go Again…..

Good day to you all readers!

Setelah setengah tahun tidak berjumpa, kita bertemu kembali. Dugaan saya, anda semua bertanya-tanya, mengapa saya kembali menulis di blog ini?

*kesambet…..eh, mengisi liburan tepatnya. Dimaklumi saja ya, berhubung blog saya bukan blog otomotif beken yang selalu apdet setiap saat. I write whenever i want to. The hell with popularity 😆

Okay..mari kita kembali pada topik bahasan. Sebab lain saya menulis kembali adalah, saya telah menemukan sesuatu yang bisa dijadikan bahan tulisan.

Jika diperhatikan, dari tulisan-tulisan awal saya hingga yang terakhir sekitar setengah tahun lalu, tidak ada satupun yang bercerita mengenai perjalanan saya bersama Alt atau Alanis. Kalau engga soal opini saya, biasanya soal kamera hape. Selain karena saya memang senang menulis hal-hal seperti itu, juga engga lepas dari ketidak-beranian saya buat riding agak jauh. Padahal, dari judul blognya aja, udah jelas kalau mestinya saya menulis pengalaman-pengalaman saya dalam mengendarai motor.

*tentunya pembaca sekalian engga akan mau nyimak tulisan remeh-temeh seperti soal saya ganti ban baru yang satu ukuran yang lebih tinggi, soal kerusakan-kerusakan Alt maupun Alanis (dulu saya pernah nulis soal ini, tapi buat saya, udah bukan saatnya lagi menulis hal-hal seperti ini).

Maka, saat seorang teman, namanya Marchel, mengajak saya untuk riding ke Lembang (buat yang belum tau, saya tinggal di Bandung, dan sekali-kalinya naik motor ke Lembang adalah saat saya diajak riding oleh mas Panji Panjita aka Blackbluesatria @Kaskus, menggunakan Alanis, Kawasaki Athlete saya), saya pun menanggapinya dengan antusias.

sekalinya dibawa langsung menggila.

Setelah berbagai pertimbangan, saya memutuskan memakai Alt, Shogun 110 saya, semata karena posisi ridingnya bikin tidak cepat pegal. Ketiadaan bagasi dan keengganan saya menggunakan tas punggung membuat saya memakaikan tailpack warisan TS125 om saya di Alt. Teman saya sendiri menggunakan Yamaha X-Ride nya yang masih terhitung anyar

Tepatnya tanggal 29 Januari 2014 kemarin, kami berangkat dari kampus (UK Maranatha, kebetulan deket dengan Lembang) menuju Lembang. Kondisi cuaca agak kurang bersahabat, mendung, gerimis, dan….berkabut. Bikin kami berdua agak menggalau dan memutuskan buat menunggu sebentar di kantin kampus. Sempet terpikir buat membatalkan rencana, tapi rasa ingin riding membuat kami menggerakkan kaki menuju lapangan parkir.

Alt dan XRide yang menunggu dengan setia

beginilah kira-kira kondisi perkabutan di kampus kami waktu itu…

Setelah mengenakan jaket dan celana hujan masing-masing, kami pun berangkat jam setengah sepuluh pagi. Seperti yang diduga, gerimis turun terus-menerus, dan cuaca mendung tetap menjadi kawan kami sepanjang jalan. Yah, ada bagusnya juga, kami jadi belajar mengendalikan motor di jalan licin, dengan mengenakan setelan jas hujan yang agak ribet. Keluhan saya cuma satu, buliran air yang bikin kacamata saya basah.

Di tengah jalan, saya teringat akan satu hotel di daerah Lembang yang view-nya cukup bagus, tepatnya di Jalan Kolonel Masturi. Jadi saya ajak teman saya ini buat mampir sejenak. Dan disana kami nongkrong sambil berfoto ria. Nah…mengapa saya yang bukan tamu ini bisa masuk kedalam hotel ini? itu rahasia perusahaan

Kabutnya memang mengasikkan. Kebetulan jalan menuju hotel ini lewat jalan yang menanjak (belok kiri dari Kolonel Masturi), dan waktu nanjaknya itu, jalan tertutup kabut semua. Mungkin kalo dikira-kira, sekitar 6 meteran lah jarak pandang kedepan. Jadi bisa terbayang sensasinya.  

foto yang ini agak beda ya? karena yang satu ini pakai hape saya sendiri, si Nokia 5630XM. Foto lainnya memakai Samsung Galaxy Grand.

Setelah itu, kami menarik gas ke arah Lembang Kota. Kemudian melaju ke Jalan Raya Tangkuban Parahu (arah Subang). Disana, kami berfoto sejenak, sebelum kembali ke Bandung.

Perjalanan kembali ini diwarnai dengan adegan nyasar di kebun orang. Jalan kebunnya sih udah dibeton, tapi pinggirnya tetep tanah (yang basah akibat gerimis). Ketika teman saya (yang tentunya menjadi road captain, karena cuma dia yang tahu jalan) mengetahui kalo jalan tikus berupa kebun yang kita lewati ini bakal membawa kita makin jauh dari Bandung, maka kita putar balik. Nah, jalan beton yang sempit membuat saya memutuskan buat turun ke tanah pinggiran jalan sambil memutar…..

………..keputusan salah (dan asyik). Agak kaget mulanya pas masuk gigi satu dan motor engga jalan. Rupanya ban belakang spin, hilang traksi karena terbalut tanah. Dengan setengah memaksa, saya betot gas. Setelah kembali mendarat di jalan beton, Alt tetep berjalan ngesot beberapa lama sampai tanah basah lepas dari ban belakang. Setelah itu, saya nyusul teman yang udah nunggu di depan dan melanjutkan perjalanan pulang dengan tertawa lebar, untungnya engga nyasar lagi.

tanah sisa pertempuran…

Ditotal-total, riding kali ini menempuh jarak 74 km bolak-balik. Pendek memang, karena itu kami masih sempat makan siang jam satu lebih di Bandung. Pengen lebih lagi? tentu….tentu aja. Dan semoga bisa lebih lagi, doain aja ya 😉

——————————————————-

Special thanks to :

-Marchel Immanuel tentunya, yang meluangkan waktu liburnya buat menemani saya riding, juga meminjami Galaxy Grand-nya, sehingga sebagian foto disini bisa bermutu lebih baik dari biasanya. 
-Altia, yang akhirnya saya ajak jalan-jalan keluar Bandung (meskipun ga jauh, hahaha).